Thursday 12 February 2015

Cinta Rasional yang Membuat Suatu Pernikahan Masuk Akal

Pernikahan bukan paspor untuk memasuki kebahagiaan yang pasti, tetapi baru ikatan untuk melakukan perjalanan bersama.
cintaHubungan batin yang mesra belum cukup menjadi jaminan kebahagiaan keluarga. Cinta yang aktif dari masing-masing,cinta yang diusahakan secara sadar, bertujuan rasional dan dipelihara oleh disiplin akan selalu menjadi tuntutan untuk mewujudkan kedamaian dalam berkeluarga. Tak dapat memungkiri bahwa pada saat saat tertentu bisa timbul juga semacam kebosanan dan juga kelelahan. Namun, kalau penghayatan akan diri masing-masing sudah mendalam, perasaan semacam itu pasti akan cepat tersingkir. Saling menghargai berlipat-lipat lebih daripada di saat yang paling romantis dalam pacaran membuat cinta tidak lagi merupakan lambang akan tetapi menjadi sesuatu yang konkret dan menjadi kekuatan dalam suatu pernikahan.
Satu kenyataan lain yang masih banyak dialami oleh para pasangan suami istri zaman sekarang adalah menafsirkan bahwa setelah berkeluarga tujuan hidup yang utama adalah menjadi kaya. Dari sekian banyak alasan yang yang dikemukakan , yang paling biasa adalah bahwa setelah berkeluarga kita mesti menjadi realistis, tidak boleh idealistis lagi, seperti pada saat muda dulu. Dan relisme itu diwujudkan dengan adanya rumah, mobil,perabitan mewah,simpanan di bankdan lainnya. Dengan kata lain suksesnya pernikahan ditentukan oleh harta benda yang dimiliki.
Sebagai akibatnya hubungan suami dan istri kemudian lebih dititikiberatkan pada sifat materialnya daripada sifat manusianya. Si suami merasakan bahwa tugasnya itu “cari duit”. Istri dan anak-anak adalah orang yang dipeliharanya, dan sejauh menyangkut rezeki keluarga mereka harus patuh tanpa syarat. Atau sebaliknya, istri lah yang memberikan dorongan. Suami dibujuk utuk meninggalkan profesi yang disukainya, dan pindah ke pekerjaan yang lebih baik.
Sampai batas tertentu masing-masing suami istri perlu berjuang untuk ekonomi keluarga yang sehat. Namun mereka harus memiliki ukuran yang wajar “seberpa cukupkah itu?” Terkadang mereka tidak bisa lagi merasa cukup . Dan, kalau salah satu atau kedua-duanya diperbudak oleh nafsu memiliki yang tak terpuaskan , maka bisa disebut sebegai gejala kematian. Bahtera pernikahan tidak mengarah ke sebuah pulau yang damai, melainkan terbawa arus yang tidak bisa diberhentikan dalam pencarian harta karun uang suatu saat bisa karam.
Pernikahan yang rasional dapat lebih mendekati cita-cita pribadi maisng-masing dengan memiliki pengertian yang mendalam membuka pintu menuju kebahagiaan. Bahkan  seandainya mereka harus hidup sederhana untuk cita-cita itu , mereka tidak usah merasa kecil. Kesederhanaan menjadi hebat kalau didalamnya terdapat persatuan dua manusia yang hidupnya  bergairah. Sebaliknya, kemewahan menjadi tak berarti kalau keduanya ternyata melewatkan hari-harinya sebegai robot ekonomi yang pasif, atau tidak mampu lagi hidup secara penuh.
taken from : julius chandra- cinta rasional

No comments:

Post a Comment